Rasa Tak Terduga
Karya : Ellysa Maulidiya Syamsakha (XI IBB)
Malam yang indah bagi seseorang yang sedari tadi berdiri diatas atap rumahnya itu, wajahnya diterpa angin yang berhembus membawa rambutnya ikut beterbangan mengikuti embusan angin yang sedang menari. Senyumnya mengembang bersama ingatan dimana seseorang menolongnya dari motor yang melaju dengan cepat tadi siang. “Siapa yaa nama cowok tadi? Mungkin ga yaa aku ketemu dia lagi? Dia inget aku ngga ya kalo ketemu lagi?”. Banyak pertanyaan yang bersarang didalam otaknya ketika mengingat kejadian tadi siang. Setelah lama berfikir tentang cowok misterius itu, ia pun turun dari atap rumahnya menuju queen size nya yang berwarna biru laut itu dan segera menuju ke alam mimpinya.
Mentari menyapa perempuan cantik yang masih bergelung dengan selimutnya itu, hingga suara yang berasal dari luar kamarnya mengejutkan perempuan tersebut. “Araaa cepat mandi!!! Habis itu siap – siap untuk berangkat sekolah” kata seseorang yang berada diluar kamar Ara. “Iya maaa” jawab Ara. Setelah itu ia segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi. 10 menit berlalu, Ara sudah siap dengan seragam sekolah barunya yang bernametag ‘Caramel Queen Violetta’ dengan logo SMA Antariksa yang bermotif kotak – kotak berwarna abu – abu. Setelah dirasa sudah siap, Ara pun keluar dari kamarnya menuruni tangga dan menuju meja makan yang sudah diisi oleh mama, papa, dan abangnya.
“Pagi semuanya” sapa Ara.
“Pagi sayang” jawab papa.
“Pagi Ara” timpal mama.
“Pagi dek” jawab abang juga.
Setelah mendapat balasan dari semua orang, Ara menduduki kursi yang berada di sebelah abangnya dan sarapan pun berjalan dengan khidmat.
“Abang ayo berangkat!!!” panggil Ara kepada abangnya yang masih memakai sepatunya itu. “Iya Ara bentar ini tinggal satu” jawab abangnya. “Bang adeknya dijaga ya” kata mama Kia. “Iya maaa” jawab Revan.
Setelah dirasa sudah selesai, mereka berdua segera memasuki mobil. Jalanan yang tidak terlalu padat itu memudahkan Revan untuk menjalankan mobil dengan kecepatan sedang hingga mereka sampai pada gerbang dengan gedung yang bertuliskan ‘SMA Antariksa’ pada bagian depannya.
“Ayo gue anterin ke ruang kepala sekolah” ujar Revan pada Ara.
“Ayo bang!!!” ajak Ara dengan antusias.
Setelah sampai di depan ruang kepala sekolah mereka berdua mengetuk pintu dan memasuki ruangan tersebut.
“Permisi pak, ini saya mengantarkan adek saya untuk bertanya kelas yang akan ditempatinya?” ujar Revan kepada Bapak Kepala Sekolah yang bernama ‘Pak Agus’ “Ouh yang kemaren berkasnya dianterin sama papanya yaa?” jawab Pak Agus.
“Iya pak betul sekali”
“Ouh iya iya, emm tunggu sebentar yaa, saya cek dulu ” pinta Pak Agus.
“Baik pak”
“Atas nama Caramel Queen Violetta bisa masuk di kelas XI-IPS 4” ujar Pak Agus.
“Ouh baik pak kalau begitu terima kasih pak, permisi”
“Iya sama-sama”
Mereka berdua pun keluar dari ruang kepala sekolah dan segera menuju ruang kelas XI-IPS 4. Setelah sampai di depan ruang kelas tersebut ara mengetuk pintu kelasnya itu.
“Abang tinggal dulu yaa?” tanya Revan.
“Iya bang, dadaa” jawab Ara.
“Nanti ketemu lagi di kantin ya Raa”
“Oke abang”
Revan pun segera meninggalkan ara dan berlalu untuk menuju kelasnya di XII-IPS 2.
“Ara ada yang bisa saya bantu” tanya guru yang berada di dalam kelas tadi.
“Emm itu bu saya baru pindah ke sekolah ini dan bapak kepala sekolah menempatkan saya di kelas ini” jelas Ara.
“Ouh begitu baiklah silahkan masuk dan perkenalkan diri kamu!”
“Baik bu, terima kasih”
Ara pun memasuki kelas yang sudah memusatkan pandangannya pada Ara.
“Baik anak-anak kita kedatangan murid baru, silahkan ara perkenalkan diri kamu”
“Terima kasih bu, hi guys kenalin nama gue Caramel Queen Violetta biasa dipanggil Ara pindahan dari SMA Pelangi”
“Hai Araa” Sapa cowok yang berada di bangku paling belakang.
“Minta nomor teleponnya dong”.
“Ara masih jomblo ga?!”
“Sudah sudah tenang, Ara kamu duduk di samping Rana yaa”
“Baik buu”
Ara pun menghampiri bangku yang dimaksud oleh guru tersebut.
“Hai kenalin gue Rana” sapa cewek yang berambut bondol itu.
“Hai gue Ara” jawab Ara.
“Nanti kita ke kantin bareng yuk”
“Boleh”
Bel istirahat pun berbunyi nyaring membuat seisi kelas bersorak gembira karena pelajaran matematika yang mematikan akan berakhir. Bu Rania, Guru matematika pun keluar dari kelas.
“Ayo ke kantin Ra” ajak Ara.
“Ayoo gass”
“Nada ayo ke kantin”
“Ayoo, ouh iya kenalin gue Nada, gue duduk di belakang bangku lo”
“Ouh iya gue Ara”
“Yaudah yuk ke kantin girls”
Mereka pun segera keluar dari kelas dan segera menuju tempat favorit para murid_kantin.
“Kita duduk disitu yuk” ajak Rana pada bangku yang masih kosong.
“Ayoo” jawab mereka serentak.
Mereka segera menuju tempat yang menjadi tujuan awal.
“Kalian mau pesen apa nih” tanya Nada.
“Samain aja deh gue” jawab Ara.
“Gue juga samain deh” timpal Rana.
Akhirnya Nada segera menuju ke pedagang bakso dan memesan untuk bertiga serta memesan minuman dingin.
“Duh nada lama banget yaa, gue susulin deh” kata Ara.
Tapi ternyata di tengah perjalanan Ara menubruk sesuatu yang keras dan ternyata dia menabrak dada seseorang.
“SHITT” umpat seorang tersebut.
“Maaf maaf gue ga sengaja”
“Boleh juga nih anak” batin cowok itu.
“Siapa nama lo?” tanya nya.
“A-Ara kak”
“Kenalin gue Bima, pulang sekolah gue tunggu lo di belakang sekolah”.
“M-Mau ngapain k-kak”
Bima pun meninggalkan Ara yang masih ngeblank, hingga 5 menit kemudian dia tersadar dari lamunannya dan mengingat bahwa Bima adalah orang yang telah menolongnya tempo hari dari motor yang melaju cepat.
“Gue baru inget ternyata dia cowok yang udah nolongin gue” gumam Ara.
“Raa?! Gue cariin juga taunya disini”.
“Ouh maafin yaa”
“Yaudah deh yuk makan”
“Ayoo”
Akhirnya Ara dan Rana kembali ke tempat semula yang sudah diisi oleh nada yang sudah melahap baksonya dengan begitu lahap dan tidak memedulikan Ara dan Rana yang baru saja datang. Hingga bel masuk pun berbunyi sehingga mereka bertiga kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran sejarah.
Bel pulang pun berbunyi sejak 10 menit yang lalu tetapi Ara masih tetap berada di kelas karena dia bingung dengan perintah Bima tadi siang. Akhirnya setelah Ara bergelut dengan pikirannya dia memutuskan untuk menemui Bima di belakang sekolah, setibanya di belakang sekolah.
“Lama banget sih lo” gerutu Bma.
“Maaf tadi g-gue masih nulis catatan di papan tulis” jawab Ara.
“Yaudah deh, ouh iya lo kan yang dulu mau ketabrak sama motor itu”
“Iya k-kak”
“Gausah gugup gitu”
“Enggak kok”
“Sebagai gantinya lu harus mau jadi pacar gue”
“H-Hah?!”
“Iya kenapa, lo gamau?”
“Tapi kita kan baru kenal”
“Gapapa apa salahnya, cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu”
“Emm… gue ga_”
“Gue ga nerima penolakan, jadi mulai sekarang lu udah resmi jadi pacar gue”
Ara pun hanya pasrah dan dia mulai sadar bahwa hidupnya tidak akan tenang lagi tapi dengan seiring berjalannya waktu dia bisa, menerima Bima di hidupnya terutama di hatinya.
Tugas yang dikerjakan sudah bagus. Tetap semangat menulis!
BalasHapus