PERSAHABATAN DI PESANTREN
Oleh : Naura Rif’atul Maula
ORIENTASI
Sore hari, di penghujung senja. Aku mulai menikmati sebagian waktu baik dari-Nya. Terasa sangat tentram, damai, kala mata memandang penuh ke arah si jingga yang mulai menampilkan cahaya malu kemerah-merahan. Sehingga, membuat candu si pemandangnya. Di pelataran Pondok Pesantren Studi Al quran JMT kami bertiga duduk termenung sambil memandang betapa indah langit yang kemerah merah an itu. Ya kami bertiga, siapa yang tidak mengenal kami, dianggap biang onar slalu cari ribut tapi mereka juga tidak tau dengan perjuangan kami di balik layar.
Kami mohon izin untuk memperkenalkan diri, Saya Naura Rif’atul Maula, dua teman saya Ellif Rabiatul Adawiyah dan Syahrossa Rahma Asifa. Kami slalu bersama, kamar isinya juga cuma kita bertiga. sekolah juga sama, hanya kelas yang membedakan. piket pun, kami juga bersama semua hal kita slalu bersama. Hanya masuk kamar mandi kita tidak bersama hehehe.
KOMPLIKASI
Aku teringat, pada masa itu memang kita masih labil-labilnya remaja pelanggaran kecil terkadang kita lakukan. Tapi pada hari itu kami di tuduh telah melakukan suatu pelanggaran yang bisa di kategorikan cukup besar yaitu mencuri. Semua orang percaya dengan tuduhan santri tersebut begitupun dengan pembesar di pesantren. Kami tidak tinggal diam jika memang kami tidak bersalah kami berhak membeladiri.
Akhirnya kami memutuskan untuk mencari beberapa bukti CCTV di sekitar lokasi dan saksi jika memang ada yang melihat. Kami meminta izin untuk akses CCTV, pembesar pesantren mengizinkan kami untuk mencari bukti jika memang kita tidak bersalah (kita di beri kesempatan).
Beberapa jam kemudian, sangat sulit mencari bukti di CCTV ternyata sang pelaku berhasil menghapus bukti tersebut. Tidak ada cara lain kami memutuskan untuk berbicara dengan pelaku. Kenapa kami bisa tau bahwa dia adalah pelakunya karna memang kitalah bukti itu. Kita melihat dengan mata kepala kita sendiri bahwa dia yang sudah mengambil barang tersebut.
FLASHBACK ON.
Kami bertiga berjalan beriringan, saat itu kami baru selesai dari piket ndalem(rumah pembesar pesantren). Kemudian melewati beberapa kamar, di kamar ketiga pintunya sedikit terbuka kami melihat ada si pelaku sedang mencari sesuatu dengan terburu-buru, kami tidak perduli toh jugaan bukan urusan kami. Kami hanya heran saja kenapa dia berada di kamar tetangga.
Tanpa kami sadari ternyata si pelaku melihat bahwa ada kami yang sudah melihat aksi dia. Kemudian selang beberapa jam ada berita kehilangan uang dari kamar tiga, awal kami
berprasangka pada si pelaku tapi takut bersuudzon jadi kami diam saja. Ehh ternyata dia dengan sangat percaya dirinya malah menuduh kami, melempar semua tuduhan kepada kami. Kami yang tidak mengerti dengan keadaan tersebut sangat bingung dan mengelak bahwa bukan kami lah yan mengambil barang tersebut.
FLASHBACK OFF
Waktu yang sudah di berikan sudah hampir habis, kami sangat bingung harus bagaimana tidak ada yang percaya dengan ucapan kami. Hanya karna kami dikenal dengan biang onar dan si pelaku yang memiliki citra yang baik di depan khalayak pesantren. Pada malam itu kami telah menemukan jalan dari masalah yang kami alami. Kami memutuskan untuk memanggil si pelaku dan membicarakan secara baik baik tanpa sepengetahuan orang lain.
Akhirnya kami bisa memacing emosi si pelaku dan dia mengaku bahwa dialah yang melakukan hal tersebut, tapi di situ dia tidak takut karna sudah merasa bahwa semua orang berpihak padanya, kemudian dia pergi dengan rasa percaya diriya. Dia tidak tau saja dari tadi kita sudah menyembunyikan alat perekam suara yang sudah kami pinjam dari pengurus yang memiliki hati seperti malaikat.
REORIONTASI
Hari yang kami tunggu-tunggu, dimana pembesar pesantren memutuskan hukuman bagi yang bersalah. Kami sanggup menunjukkan bukti jika kami tidak bersalah, pembesar mempersilahkan kita untuk menunjukkan bukti tersebut. Si pelaku sangat panik setelah sadar bahwa itu adalah suaranya, semua mata tertuju pada dia.
Akhirnya dia di hukum dan terancam di keluarkan.
**TAMAT**
Kesimpulannya adalah tidak menuduh sembarangan dan mencemarkan nama baik seseorang, tidak main hakim sendiri jika berada di lingkup masalah yang melibatkan banyak orang, jika memang kita tidak bersalah jangan takut untuk bersuara.
“Terkadang orang yang menusuk kita bukan musuh melainkan orang terpercaya/orang yang dekat dengan kita”
KAIDAH KEBAHASAAN :
1. Kalimat lampau : Pada masa itu, Pada hari itu.
2. Konjungsi : Yang, Dan, Tapi, Kemudian, Hanya.
3. Kata kerja : Menikmati, Menampilkan, Membuat, Menuduh, Mencari.
4. Kata sifat : Terasa sangat tentram damai, Cahaya malu kemerah-merahan.
Tugas yang dikerjakan sudah bagus. Tetap semangat menulis!
BalasHapus